Senin, 23 Januari 2012

makalah anarkisme paul k peyerabend

ANARKISME PAUL KARL PEYERABEND

Di Tujukan Untuk memenuhi tugas

Mata kuliah :

FILSAFAT DAN ILMU LOGIKA


C:\Documents and Settings\nec\My Documents\Tema\LOGO STAI WARNA.jpg

Di Susun oleh :

Mazlan

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM [STAI]

BENGKALIS

TA 2011 – 2012

KATA PENGANTAR

Assalam mualaikum

Puji syukur kehadirat allah swt yang telah menjadikan kita makhluk yang berpengetahuan sehungga dengan pengetahuan terrsbutlah kami bisa menyelesaikan tugas mata kuliah ini dengan harapan agar makalah ini di pergunakan dengan sebaik-baiknya.

Shalawat serta salam kita buatkan untuk baginda nabi Muhammad saw yang menjadikan manusia yang berakhlak yang berpengetahuan dan sebaliknya berpengetahuan yang berakhlak.

Tugas makalah ini sngaja kami buat sebagai pemenuhani tugas mata kuliyah Filsafat dan Ilmu Logika yang kami bahas secara rutinitas di setiap minggunya. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.

Bengkalis, 19 januari 2012

Penyusun

Mazlan

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………….

Daftar isi………………………………………………………………………………..

BAB I :PENDAHULUAN

Ø Latar Belakang…………………………………………………………

BAB II : PEMBAHASAN

Ø Biografi Paul K Feyerabend……………………………………………………..

Ø Dasar Pemikiran …………………………………………………………………

Ø Anti Saintisme…………………………………………………………………..

BAB III : PENUTUP

Ø Kesimpulan……………………………………………………………………..

Ø Saran ……………………………………………………………………………

REFERENSI………………………………………………………………………….

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan (realitas). Filsafat merupakan refleksi rasional (fikir) atas keseluruhan realitas untuk mencapai hakikat (kebenaran) dan memperoleh hikmat (kebijaksanaan).

Awal perkembangan baru dalam filsafat sains di abad ke-20 itu adalah ketidakpuasan terhadap pandangan-pandangan neopositivisme yang disebarkan oleh Lingkungan Wina (Wiener Kreis). Kelompok ilmuwan dan filsuf ini merupakan salah satu pendukung positivisme yang paling gigih di abad ke-20. Salah satu tesis sentral mereka mempersoalkan demarkasi antara pernyataan-pernyataan yang bermakna dan yang tak bermakna. Hanya pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh sains, yaitu mengenai data-data yang dapat diobservasi, dapat dimasukkan ke dalam wilayah hal-hal yang bermakna. Sementara itu, semua pernyataan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris -mereka menyebutnya "asas verifikasi" yaitu pernyataan-pernyataan yang tidak mengenai data indrawi, dimasukkan ke dalam wilayah non-sense. Termasuk ke dalamnya adalah estetika, moral, dan metafisika .

Filsafat sains baru tidak berhenti pada posisi pertama. Ada tendensi kuat membawa persoalan pencarian makna itu pada posisi kedua, yaitu agama dan sains dibawa ke dalam satu arena. Dalam analisisnya atas sejarah perkembangan sains, Thomas Kuhn dalam The Structure of Scientific Revolutions menunjukkan bahwa perkembangan sains tidak berlangsung linier, homogen, dan rasional (dalam arti akumulatif dan progresif) seperti yang dikira orang sampai saat ini. Sains berkembang melalui revolusi-revolusi yang membongkar paradigma lama dan menggantinya dengan yang baru. Apa yang dipandang benar dalam paradigma lama akan mengalami krisis sampai ditegakkan suatu paradigma baru dengan kebenaran baru di dalamnya. Yang sentral di sini adalah pandangan bahwa perubahan paradigma dalam sejarah sains tidak termasuk wilayah logis hukum alam, melainkan terjadi seperti proses "metanoia" (pertobatan) dalam agama. Ini membuat teori-teori dalam paradigma yang satu tak dapat dibandingkan dengan teori-teori dalam paradigma yang lain.

Dalam perkembangannya positivisme mengalami banyak sekali pertentangan diantaranya dari tokoh-tokoh pemikir Eksakta yang merasa bahwa teori-tori positivistik sangatlah menghegemonik pemikiran mereka dan membuat ilmu pengetahuan menjadi stagnan. Diantara para Fisikawan yang melawan dan mengkritik dari positivisme ini adalah: Thomas Khun dengan Revolusi paradigmanya, Karl Pooper dengan teori falsifikasinya, kemudian juga Feyerabend dengan Anti metodenya dan masih banyak lagi tokoh yang mengkritik habis-habisan berkenaan dengan teori positivistik ini.

BAB II

PEMBAHASAN

Biografi Paul K Feyerabend

Karl Feyerabend Paulus (13 Januari 1924 - 11 Februari 1994) adalah seorang Austria kelahiran filsuf ilmu pengetahuan terbaik dikenal untuk karyanya sebagai profesor filsafat di Universitas California, Berkeley , di mana ia bekerja selama tiga dekade (1958-1989 ). Dia menjalani bergerak hidup, hidup di berbagai kali di Inggris, Amerika Serikat, Selandia Baru , Italia , Jerman, dan akhirnya Swiss . Karya besar-Nya meliputi Terhadap Metode (diterbitkan pada 1975), Ilmu dalam Free Society (diterbitkan pada 1978) dan Farewell to Reason (koleksi makalah yang diterbitkan pada tahun 1987). Feyerabend menjadi terkenal karena konon anarkis melihat ilmu pengetahuan dan penolakannya terhadap keberadaan aturan metodologis yang universal. Ia adalah seorang tokoh berpengaruh dalam filsafat ilmu , dan juga dalam sosiologi pengetahuan ilmiah .[1]

Dasar Pemikiran

Anarkisme secara umum didefinisikan sebagai filsafat politik yang memegang negara tidak diinginkan, tidak perlu, dan berbahaya, atau alternatif sebagai menentang otoritas dan organisasi hirarkis dalam melakukan hubungan manusia. Para pendukung anarkisme, yang dikenal sebagai "anarkis", advokat masyarakat bernegara berdasarkan non- hirarkis asosiasi sukarela . [2]

Pada awalnya, sebagai murid Popper, Feyerabend mendukung filosofi dan prinsip falsifikasi Popper namun kemudian dia berbalik menjadi salah seorang penentang Popper. Feyerabend berpendapat bahwa prinsip falsifikasi Popper tidak dapat dijalankan sebagai satu-satunya metode ilmiah untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Prinsip dasar mengenai tidak adanya metodologi yang berguna dan tanpa kecuali yang mengatur kemajuan sains disebut olehnya sebagai epistemologi anarkis. Penerapan satu metodologi apa pun, misal metodologi empiris atau Rasionalisme Kritis Popper akan memperlambat atau menghalangi pertumbuhan ilmu pengetahuan. Dia mengatakan ‘anything goes’ yang berarti hipotesa apa pun boleh dipergunakan, bahkan yang tidak dapat diterima secara rasional atau berbeda dengan teori yang berlaku atau hasil eksperimen. Sehingga ilmu pengetahuan bisa maju tidak hanya dengan proses induktif sebagaimana halnya sains normal, melainkan juga secara kontrainduktif.

Dalam pengembangan prinsip ini Feyerabend mengakui adanya penerapan prinsip liberalisme John Stuart Mills dalam konteks tertentu (sains) dalam metode sains. Feyerabend menganut liberalisme ini karena menurut dia, tidak ada satu hipotesa apa pun, bahkan yang tidak masuk akal, yang tidak berguna untuk kemajuan sains. Dengan pegangan ini, Feyerabend mengatakan bahwa sains dan mitos tidak dapat dibedakan dengan satu batas prinsip tertentu. Mitos adalah sains dengan tradisi tertentu dan sebaliknya sains hanyalah sesuatu tradisi mitos. Asumsi bahwa ada batasan antara sains dan mitos akan menimbulkan batasan-batasan yang menghalangi pemikiran kreatif dan kritis .

Metode anarkis Feyerabend yang mempersoalkan metodologi ilmu pengetahuan secara mendasar ingin menghidupkan kembali ilmu pengetahuan sebagai ekspresi kebebasan manusia. Feyerabend mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun atas metodologi yang kaku, namun harus ada ruang bagi inisiatif ilmuwan. Karena selain kebenaran, kebebasan ilmiah harus merupakan norma ilmu pengetahuan. Sedangkan kontrol ilmu yang terlalu ketat akan mematikan kreativitas ilmuwan. Semua yang dibuat dietikakan, sehingga pada akhirnya orang takut akan kesalahan.

Dengan adanya metode anarkis Feyerabend yang bersemboyan “anything goes”, perkembangan ilmu pengetahuan akan terus meningkat. Seiring dengan tujuan Feyerabend yang berusaha memajukan ilmu pengetahuan, Metode anarkis ini juga menimbulkan pro dan kontra. Layaknya pisau bermata dua, metode anarkis juga memiliki efek negatif yang dapat membahayakan kelangsungan hidup manusia. Sebagai contoh, efek dari dijatuhkannya bom atom yang digunakan oleh Amerika Serikat untuk menyerang Hiroshima dan Nagasaki masih dirasakan oleh penduduk didaerah tersebut hingga saat ini. Contoh lainnya adalah penelitian-penelitian ilmuwan yang berhubungan dengan senjata nuklir, biologi, dan kimia menjadi senjata pemusnah massal (mass destruction weapon) tentunya juga dapat membahayakan kelangsungan hidup manusia di masa mendatang. Dengan demikian, ada dua manfaat dari munculnya metode anarkis Feyerabend, yaitu ilmu pengetahuan itu akan tetap terus berkembang dan penggunaan ilmu pengetahuan itu sendiri yang sulit dikontrol oleh manusia.

Anti Saintisme

Sains mengalami kemajuan hanya jika sebuah teori terbukti salah dan sebuah teori baru yang bisa menjelaskan dengan lebih baik tampil. Bagi Popper, saintis harus berusaha untuk menyangkal teorinya, alih-alih terus-menerus berusaha membuktikan kebenarannya. Memang Popper tetap berpendapat bahwa sains bisa membantu kita menghampiri kebenaran. Tetapi kita tidak akan pernah bisa bahwa kita telah memiliki penjelasan final.

Thomas Kuhn bersikap kritis terhadap gambaran mendangkal yang dilukiskan para pemikir sains. Kuhn menengok pada sejarah sains dan berargumen bahwa sains tidak maju hanya berdasarkan pengamatan-pengamatan. Seperti halnya Popper, ia setuju bahwa seluruh pengamatan itu diwarnai oleh pengatahuan sang pengamat. Dengan kata lain, Kuhn mengakui peran subyek dalam membangun teori saintifik, dan menolak ide tentang obyektifitas murni.

Saintis memiliki sebuah pandangan dunia atau paradigma. Paradigma Alam Semesta mekanistik Newton berbeda dengan paradigma Alam Semesta relativistik Eistein. Masing-masing merupakan suatu penafsiran tentang dunia, bukannya penjelasan obyektif. Menurut Kuhn sejarah sains diwarnai oleh revolusi dalam paradigma saintifik. Saintis menerima paradigma yang dominan sampai suatu kejanggalan muncul. Saintis kemudian mulai mempertanyakan basis paradigma itu. Teori-teori baru bermunculan dan menantang paradigma dominan tersebut sampai akhirnya teori-teori baru ini diterima sebagai paradigma yang baru.

Paul Feyerabend berpendapat bahwa tidak seharusnya kita mengasumsikan superioritas dari metoda saintifik modern. Ia berargumen bagi pendekatan yang anarki: kita tidak bisa memprediksi seperti apa pengetahuan di masa depan akan berbentuk, karena itu kita tidak perlu membatasi diri hanya pada satu metoda untuk meraih pengetahuan. Feyerabend setuju dengan Kuhn bahwa sejarah sains menghimpun sejumlah pandangan dunia yang berbeda. dan bagi Feyerabend, ini berarti bahwa yang akan menjadi pengetahuan di masa depan bisa jadi paradigma-paradigma yang kita tidak tahu sama sekali saat ini. Karena kita tidak dapat mengetahuinya sekarang, kita tidak boleh melarang upaya-upaya intelektual masa depan dengan membatasi hanya pada satu paradigma sempit menggunakan model-model fisika.

Feyerabend menganggap bahwa kebenaran bukan monopoli ilmu pengetahuan karena monopoli berdampak kepada ideologi tertutup. Mengutip Popper, “Ideologi tertutup tidak bisa difalsifikasi.” Karena itu, ilmu pengetahuan harus menjadi “realisme ilmiah”. Ilmu pengetahuan hanyalah salah satu usaha untuk memahami semua realitas, di mana manusia dan alam berada di dalamnya. Menurut Feyerabend kita tidak bisa mengabaikan faktor lain di luar ilmu pengetahuan. Sebagai contoh, fenomena manusia kawat yang terjadi di Indonesia dimana didalam perut seorang wanita tumbuh banyak kawat yang secara ilmu pengetahuan tidak dapat dijelaskan bagaimana hal tersebut dapat terjadi. Walaupun saat ini terdapat ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hal-hal tersebut seperti metafisika, namun pembuktian secara ilmiah masih diperdebatkan hingga saat ini.[3]

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Feyerabend mengembangkan metode anarkis (anything goes). Metode anarkis mempersoalkan metodologi ilmu pengetahuan secara mendasar ingin menghidupkan kembali ilmu pengetahuan sebagai ekspresi kebebasan manusia. “Anything goes” adalah teorinya yang menjelaskan bahwa ilmu tidak mesti dibangun di atas metologi yg kaku, tetapi harus ada ruang bagi inisiatif ilmuwan. Selain kebenaran, kebebasan ilmiah harus merupakan norma ilmu pengetahuan. Selain itu, Feyerabed juga berpendapat “jika ilmu pengetahuan mau berkembang optimal, maka biarkanlah ilmuwan berpikir bebas bahkan bebas dari ‘paradigma ilmiah’ yang telah menjadi bahasa komunitas ilmiah.

Keberatan dan problem yang dihadapi oleh Feyerabend berkaitan dengan kebebasan ilmiah dan tanggungjawab etis atau sosial. Untuk ilmu sosial, hukum alam yang absolut tidak pernah menjadi premis mayor, dari dedusi ilmiah, ilmu-ilmu sosial berurusan dengan kebebasan manusia, sejarah, dan tradisinya

Namun gagasan-gagasan yang dilontarkan oleh Feyerabend ini kurang mendapatkan perhatian dari para ilmuwan di zamannya. Mereka terlalu dihegemoni oleh pengaruh neo-positivisme dan rasionalisme kritis Popper. Namun, pemikiran Feyerabend justru mendapat tempat di dalam pasca neo-positivisme. Atau dengan kata lain disebut dengan postmodernisme.

Saran

Teori yang dikemukakan oleh Paul Feyerabend sampai saat ini masih terus berkembang yang terkadang menjadi pertentangan adalah masalah etika ilmu pengetahuan yang kadang dianggap tidak bertanggungjawab. Seperti halnya ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan nuklir yang disalahgunakan seperti halnya Amerika Serikat yang menggunakan bom atom pada Perang Dunia II untuk mengebom Hiroshima dan Nagasaki atau pengembangan nuklir yang sedang dikembangkan oleh negara Iran maupun Korea Utara yang masih sering diperdebatkan.

Keadaan inilah yang memicu kritik-kritik terhadap Feyerabend karena ilmu pengetahuan yang bebas tanpa etika, ujung-ujungnya akan menyengsarakan umat manusia. Oleh karena itu, bagi para ilmuwan dan peneliti seyogyanya mempertimbangkan unsur moral dan etika demi kemajuan ilmu pengetahuan, kebahagiaan umat manusia dan kedamaian dunia

REFERENSI

http://en.wikipedia.org/wiki/Paul_Feyerabend

http://en.wikipedia.org/wiki/Epistemological_anarchism

http://blogekayusuf.blogspot.com/2008/11/pemikiran-paul-k-feyerabend-terhadap.html



[1] http://en.wikipedia.org/wiki/Paul_Feyerabend

[2] http://en.wikipedia.org/wiki/Epistemological_anarchism

[3] http://blogekayusuf.blogspot.com/2008/11/pemikiran-paul-k-feyerabend-terhadap.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar